Selasa, 22 Mei 2012

SAMPAH DAN DAMPAKNYA TERHADAP MANUSIA

Sampah atau limbah yang terbagi atas sampah padat atau sampah dan sampah cair atau yang dikenal dengan limbah cair atau air kotor serta sampah udara (yang mengotori udara atau polutan di udara). Sampah-sampah ini adalah suatu konsekuensi dari berkegiatannya manusia maupun hewan (binatang). Dan semakin banyak makhluk hidup (manusia dan hewan) maka semakin banyak kegiatan. Akumulasi sampah ini mulai menjadi persoalan dan perlu dipikirkan jalan keluar, ketika manusia mulai berkumpul membentuk suku bangsa, ataupun membentuk suatu desa dan kota.
Kini, menjadi sangat diperhatikan ketika sampah-sampah ini mulai mengancam kehidupan manusia. Di Eropah pada abad ke 14, penyakit yang diakibatkan oleh sampah padat kota, yaitu “Black Death” telah membunuh hampir setengah penduduknya di jaman itu. Penyakit ini disebabkan oleh penyakit pes (bubonic plague) yang dibawa oleh tikus yang berasal dari timbulan-timbulan sampah. Di Desa Minamata Jepang, akibat limbah cair yang mengandung limbah B3 (bahan beracun dan berbahaya) yang  dibuang oleh perusahaan Chisso Corp. mengakibatkan sebagian generasi orang Jepang di kawasan itu mesti rusak dan tidak berkualitas akibat keracunan merkuri setelah memakan ikan yang ditangkap dari teluk Minamata tersebut. Teluk Jakarta, kini divonis telah tercemar dengan limbah B3 Cadmium (salah satu unsur yang terkandung dalam baterai), sementara itu banyak bahan makanan yang bergisi (sebetulnya) seperti kerang-kerangan yang diambil dari perairan ini. Kerang-kerang adalah sejenis biota (hewan) yang hidup di laut dan tidak berdaya menolak apabila ada polutan (bahan pencemar) yang masuk ke perairan laut tersebut. Kerang atau yang dikenal dalam keluarga moluska akan tetap mengambil makanan-makanan (termasuk limbah B3) masuk dan terakumulasi (tertimbun) dalam dagingnya tanpa harus mati. Dan manusia mengambil kerang tersebut dan di “colo-colo (dicelup-celupkan) ke dalam sambal” dan dimakan. Menurut ahli gizi, kerang ini mengandung banyak protein (jika kerang ini sehat) yang sangat berguna bagi manusia, namun apabila lokasi tempat hidupnya telah tercemar limbah B3 maka memakan kerang menjadi bom waktu bagi kesehatan manusia. Celakanya, makanan ini menjadi makanan favorit “camu-camu” (jajanan) dikala malam hari (setiap hari) di tepi jalan sepanjang jalan-jalan tertentu di Jakarta, Depok, Bekasi dan Tangerang.
            Tidak usahlah dulu dilihat gangguan terhadap estetika kota apabila sampah-sampah ini tidak ditangani baik, tetapi lihatlah dampak negatifnya bagi kesehatan kita, jika sampah ini tidak dikelola dengan baik.  Contoh, sampah-sampah padat yang mulai membusuk dan berada tepat di depan rumah kita. Lalat-lalat disiang hari beterbangan yang kemudian masuk ke dalam rumah kita dan hinggap di atas makanan kita, atau tikus-tikus yang meng”acak-acak” sampah yang busuk itu, kemudian membawanya masuk dan memindahkannya di atas makanan-makanan atau pada peralatan yang ada di dapur bahkan di ruang makan kita. Dapat kita bayangkan apa yang akan terjadi? Jika daya tahan tubuh kita kuat, barangkali tidak akan membuat kita menjadi sakit. Tapi bagaimana dengan anak-anak dan mereka yang mempunyai daya tahan tubuh yang lemah, pastilah akan mengeluarkan ongkos perbaikan kesehatan yang tidak murah lagi saat ini.
            Kota Manado, kini semakin banyak saja kawasan yang kumuh secara fisik, banyak penduduk dan memiliki kawasan yang memiliki kepadatan yang tinggi. Artinya, banyak manusia yang tinggal di kawasan ini, namun sedikit sekali ruang terbuka untuk kawasan ini, sehingga kemungkinan untuk terganggu kesehatannya sangat tinggi.  Dan tentunya sampah-sampah padat rumah tangga sangat banyak diproduksi dari sini dan tidak terkelola dengan baik. Apa jadinya jika sampah-sampah  ini dibiarkan begitu saja (diacuhkan oleh masyarakatnya dan juga oleh pemerintahnya). Tentunya kerentanan terhadap hinggapan penyakit akan sangat tinggi. Akibatnya, akan sangat merugikan kesehatan masyarakat di kawasan ini dan bahkan akan merembet ke kawasan lainnya yang ada di sekitarnya.  Semua harga kebutuhan hidup sudah melonjak naik, bagaimana juga jika harga untuk mendapatkan kesehatan hampir tidak terjangkau oleh masyarakat kebanyakan yang rata-rata ada di kota Manado? Tentunya kita harus mencari “biang keroknya” mengapa harus menjadi sakit, bukan mencari uang bagaimana mengobati sakit ini? Barangkali mencari obat untuk menyembuhkan sakit itu juga perlu, namun bukan suatu penyelesaian yang permanen. Yang menjadi penyelesaian yang permanen (mendasar) yaitu mencari penyebab sakit, yaitu membersihkan lingkungan sekitarnya, minimal rumah tempat kita tinggal dan sampah adalah salah satu yang mesti dibenahi dan diperbaiki cara mengelolanya, agar biaya untuk memperbaiki kesehatan bukanlah menjadi biaya rutin yang mesti dikeluarkan para keluarga-keluarga yang harus berjuang mencari sesuap nasi atau untuk mencari kehidupan dihari-hari yang dilewatinya. Sampah terkelola baik, lingkungan hidup bersih maka biarpun hidup sederhana namun kesehatan terjaga dan tentunya produktifitas kerja menjadi baik dan meningkat.
 

2 komentar: